Nasi tumpeng adalah sajian khas yang banyak dijumpai dalam berbagai acara perayaan atau “selametan” baik di desa-desa maupun di kota-kota besar di pulau Jawa dan pulau-pulau lain hingga saat ini. Merupakan ikon penting dalam acara syukuran atau selamatan dalam tradisi dan budaya Jawa. Oleh karena itu, tumpeng menjadi suatu simbolisasi yang sarat akan makna.

Bentuk gunungan atau kerucut memiliki makna spiritual. Gunung, dalam tradisi Jawa, merupakan tempat yang diyakini memiliki kaitan yang erat dengan langit dan surga. Bentuk tumpeng yang seperti gunung memiliki makna menempatkan Pencipta pada posisi puncak, tertinggi, yang menguasai alam dan manusia. Sang Sangkan Paraning Dumadi, artinya Pencipta adalah asal dari segala ciptaan dan tujuan akhir dari segala ciptaan. Manusia yang berasal dari Pencipta dan akan kembali padaNya. Bentuk tumpeng juga seperti tangan terkatup, seperti saat seorang menyembah. Menggambarkan bahwa Pencipta layak disembah dan dimuliakan. Bentuk nasi tumpeng ini mengandung harapan agar hidup kita semakin naik dan beroleh kesejahteraan yang tinggi.

Nasi tumpeng ditempatkan di tengah dikelilingi oeh berbagai lauk pauk. Penempatan ini merupakan simbol gunung dan tanah yang subur di sekelilingnya yang dipenuhi dengan berbagai macam sayuran yang tumbuh di tanah subur. Melambangkan kesejahteraan, hubungan manusia dengan alam, serta ekosistim kehidupan.

Aneka lauk yang mengelilingi nasi tumpeng

Indahnya hasil bumi menghiasi tumpeng

Ada dua warna dominan nasi tumpeng, aitu putih dan kuning. Warna putih melambangkan kesucian, sedangkan warna kuning melambangkan kemakmuran.
Dalam acara selamatan, tumpengan ini juga seringkali disertakan jajan pasar, aneka camilan khas Jawa.


Selamat menikmati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar