Yang jelas diperlukan usaha ekstra dan kesabaran dari orang tua.
“Duh, Adek, kok, ngompol lagi, sih. Tuh, lihat kasurnya, kan, jadi basah!” Ngompol memang problema tersendiri bagi orang tua. Bukan cuma bikin kasur jadi basah dengan bau tak sedap sehingga perlu dijemur. Tapi juga membuat lelah karena harus gonta-ganti celana si kecil di malam hari. Jadi, wajar saja bila orang tua berharap si kecil bisa berhenti ngompol secepatnya.
Yang patut disadari, menurut Lidia L. Hidajat, MPH, ngompol untuk anak batita sebenarnya masih wajar. “Para pakar umumnya memberi toleransi mengompol hingga usia anak 4 tahun. Nah, lewat usia itu anak masih mengompol, bolehlah orang tua khawatir.”
MODEL TEMPAT TIDUR
Mungkin menarik pula melirik faktor penyebab anak jaman sekarang lebih susah diajak kering atau berhenti ngompol ketimbang anak-anak jaman dulu. Perubahan jaman, kata Lidia, merupakan salah satu penyebabnya. Dengan kondisi ekonomi di masa-masa ini,membuat lebih banyak wanita yang bekerja untuk menambah penghasilan keluarga.
Bukannya mau mengurangi peran para bapak, lo. Namun jika mau dihitung secara statistik, mungkin akan lebih banyak jumlah ibu yang menyediakan waktu untuk mengganti popok ketimbang ayah. Nah, karena zaman sekarang para ibu juga harus bekerja, maka kelelahan seorang ibu pun bertambah. “Dibanding dulu, wanita karier sekarang pulangnya sampai larut malam. Tiba di rumah sudah sangat lelah.”
Akhirnya, lanjut Lidia,popok sekali pakai menjadi semacam hero yang populer untuk membantu mengurangi kelelahan ibu. “Enggak salah juga pakai popok macam itu karena ibu jadi tak perlu gonta-ganti celana anak.” Yang jadi masalah, popok sekali pakai ini membuat orang tua “terlena” sehingga kebablasan.Ujung-ujungnya, ya, kita jadi lupa melatih si kecil ke kamar mandi di malam hari.
Padahal, kalau mau jujur, popok sekali pakai terasa risih dan tak nyaman, lo, buat anak. Bayangkan, bokong si kecil ditutupi plastik seharian. Panas sekaligus lembab, bukan? “Jadi, tak salah juga jika ada yang bilang, popok sekali pakai itu adalah perwujudan dari egoisme orang tua,” ujar staf pengajar di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta ini.
Gara-gara kelewat lelah pula, orang tua mungkin jadi tak terbangun ketika malam-malam si kecil terbangun ingin BAK. Alhasil, ia pun mengompol dan menjadikannya sebagai kebiasaan.
Faktor lain yang membuat si kecil susah kering, lagi-lagi berkaitan dengan kemajuan teknologi. Seperti model kasur spring bed yang besar dan berat. “Akhirnya, perlak ditaruh di atas seprei, bukan di bawah seperti jaman dulu, “ungkap Lidia. Nah, perlak yang terlihat itu, membuat anak tahu, di bawah tubuhnya ada pelindung.”Kalau aku mau pipis, ya, pipis aja. Kan, ada perlak, jadi kasurnya enggak basah.” Bisa juga mereka berpikir, perlak itu memang disediakan agar ia dapat BAK di situ. Nah, kalau ingin mengajar si kecil tak mengompol lagi, sebaiknya singkirkan perlak tersebut
LIHAT POLA
Selengkapnya, Lidia menuturkan beberapa cara agar di kecil mau berhenti mengompol. Yang jelas,peran serta orang tua amat diperlukan. Salah satunya adalah kenali si kecil. “Secara umum,yang berperan besar bagi batita adalah orang tua sebab masa ini adalah masa yang bisa dimainkan. Sayangnya, jaman sekarang kebanyakan orang tua sibuk dengan urusan lain sehingga batita bisa dikatakan 60 persen tumbuh sendiri, baru sisanya ada keterlibatan orang tua.”
Yang pertama harus dilakukan,lihat pola anak. Pada saat seperti apa ia mengompol dan berapa kali dalam semalam. “Jarang, lo, orang tua yang punya catatan tentang ini.” Untuk itu, mau tak mau orang tua harus mau sedikit begadang. Selidiki, jam berapa si kecil ngompol lalu catat. Catatan ini berguna untuk langkah selanjutnya. Yaitu menciptakan kondisi agar kita dapat bangun sebelum jam mengompol anak. Caranya dengan memasang jam weker, misalnya.”Kalau tahu 3 jam setelah ia tidur kasur akan basah, maka bangunkan anak 2 jam setelah tidur. Ajak ke kamar mandi dan biarkan BAK.” Setelah seminggu kering, turunkan waktunya menjadi satu jam sebelum “waktu mengompol”. Seminggu berikutnya buat menjadi setengah jam. “Lama-lama kita ajarkan anak untuk BAK sebelum tidur.”
Jangan lupa juga, Bu-Pak, ketika menerapkan semua itu, si kecil perlu dikosongkan terlebih dulu.”Setelah makan malam, coba jaga agar anak tidak banyak minum, terutama minuman gampang membuatnya ke belakang. Teh manis, contohnya.”
Masalah mungkin timbul jika si kecil emoh disuruh BAK sebelum tidur. Nah, bujuklah ia dengan berbagai cara. Misalnya, lewat permainan. Saat main boneka bersamanya, misalnya, katakan, “Wah,si Dipsy mau pipis, nih! Kita antar ke kamar mandi, yuk.”Ketika di kamar mandi, kita bisa mengatakan, “Duh, masak Dipsy enggak mau pipis, katanya Adek disuruh pipis dulu.”
JANGAN BIKIN STRES
Umumnya, dengan usaha seperti di atas, kata Lidia, dalam jangka waktu dua minggu, anak berhenti ngompol. “Tapi ini juga tergantung pada anaknya. Adajuga yang tak berhasil.” Faktor yang bikin gagal, umpamanya, karena si kecil merasa dipermalukan. “Jangan sekali-kali mempermalukan anak.” Misalnya, jika ada yang memuji kecantikan si kecil, kita menimpalinya, “Iya, Kakak memang cantik tapi masih suka ngompol, lo, Tante.” Atau mencela dengan membandingkan dengan yang lain. “Iya, Adek cantik, tapi enggak kayak kakaknya. Waktu umur 2 tahun kakak sudah enggak ngompol.” Secara tak sadar, ungkap Lidia, perkataan tersebut membuat anak stres. Akibatnya, ia yang tadinya sudah tak mengompol, malah bisa ngompol lagi.
Juga jangan langsung to the point. Ketika suatu ketika si kecil enggak sengaja ngompol lagi. “Tuh, kan, Adek pipis lagi. Bikin Mama susah aja. Capek, kan, Dek, harus jemur-jemur kasur!” Saran Lidia, walau kita dalam keadaan lelah, jangan sekali-kali menunjukkan rasa jengkel, amarah, atau kepanikan ketika ia mengompol. “Semua itu malah membuat anak jadi stres dan susah untuk belajar kering.”
Untuk pelampiasan kejengkelan, lagi-lagi bonekanya bisa kita gunakan. Biarkan si boneka yang “berbicara”. Contohnya, “Ih, Adek, tadi malam, kok, pipis lagi, ya? Padahal, kan, udah janji enggak pipis.”Dengan cara itu, dua pihak sama-sama untung; orang tua bisa menyalurkan kemarahan melalui perantara sehingga bisa mengurangi kejengkelan dan anakpun secara tak langsung jadi merasa bersalah.
Intinya, Bu-Pak,untuk soal mengompol ini, hukuman tampaknya tidak cocok atau masih sulit dilakukan untuk batita. “Untuk anak yang sudah lebih besar, katakanlah 4 tahunan, bisa disuruh mencabut sprei atau memasukkan sprei yang basah ke ember cucian. Namun untuk batita, semua itu masih sukar dilakukan.” Akan lebih efektif bila batita selalu diberi reward. Jadi, ceritakan pada orang lain setiap keberhasilannya tidak mengompol. “Bukan sebaliknya. Sering, lo, terjadi orang tua malah menceritakan anaknya yang masih mengompol.”
|
Minta Tolong Si Kecil
Soal mengompol bisa dikatakan sebagai masalah unik. Ada anak yang sangat “pengertian”. Ia langsung berhenti mengompol setelah diajak bicara.Karena itu, tak ada salahnya kita minta bantuan anak. Sebelum tidur, katakan padanya,”Dek, tolong Mama, ya, kalau mau pipis bilang. Soalnya Mbak, kan sedang pulang kampung, jadi enggak ada yang nyuci sprei.” Nah, permintaan seperti itu kadang berhasil, lo. Jadi, tak ada salahnya dicoba!
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar